they all love a thick rod.www.xxx-porn.center
Comments are off for this post

Joyce Meyer: “Bebas dari Rasa Takut”

BETHANY.OR.ID-Setiap orang, termasuk kita, pernah mengalami rasa takut.  masalah tersebut tidak memandang usia, jenis kelamin ataupun suku bangsa. rasa takut itu bisa  dimanfaatkan oleh setan untuk memaksimalkan kekuatannya dalam melumpuhkan pemercaya yang hendak menangkap dan memahami  kehendak Allah di dalam hidupnya.

saya percaya, kita akan lebih memperhatikan masalah “rasa takut” itu.  Apalagi, jika  pada saat ini, rasa tersebut melanda kita. Sebab masalah demikian sangat berpengaruh di dalam kehidupan kita. Coba simak Kitab Ayub 3:25: “Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku.”
Saya menemukan sebuah penangkal terhadap racun (rasa takut) yang bisa menggerogoti  iman. Meskipun saya dan saudara, tidak bisa melihat secara fisik jenis racun (ketakutan) itu untuk diteliti. Namun, kita dapat memilih, apakah  kita mau  terus hidup di dalam iman? Atau berkompromi terhadap intimidasi setan melalui rasa takut?

 

‘Membongkar’ Rasa Takut

Beberapa tahun yang lalu, saya termasuk “pribadi” yang memiliki pandangan hidup sangat negatif.  Hal itu saya alami sebelum menikah dengan Dave. Saya ingin tetap hidup, dan ingin keluar dari situasi tersebut.
Sebenarnya, saya cukup  rutin mengikuti ibadah di gereja. Namun, seolah saya tidak menemukan jawaban. Masalahnya, ke gereja itu hanya sebagai kebiasaan saja. Sedangkan saya banyak mengalami kekecewaan, kehancuran dan kepahitan. Hal seperti itulah yang melekat di dalam hati dan pikiran saya. Saya sama sekali tidak pernah berharap sesuatu yang baik bakal terjadi. Sebab, saya tidak ingin menjadi kecewa apabila yang saya harapkan itu ternyata tidak terjadi.

Saya menganggap, bahwa dengan pikiran semacam  itulah saya akan mempunyai jalan keluar. Jadinya, saya benar-benar menutup diri terhadap semua orang. Menjadi orang yang dipenuhi rasa kecewa. Saya rasakan, hal yang demikian itu sangat menyiksa diri.

Akan tetapi, ketika saya mulai secara serius mempelajari firman Allah, Tuhan menunjukkan sesuatu yang baik. Saya mulai bisa melihat akar “ketakutan” di dalam diri saya. Suatu hari, ketika saya membersihkan kamar mandi, tiba-tiba Tuhan membuat saya sadar. Rasa takut yang menyerang begitu kuat di dalam diri saya  sebenarnya adalah “bayang-bayang” diri saya yang berlebihan. Yang mana secara cepat atau lambat, bayang-bayang itu dapat mempengaruhi perasaan saya, sehingga akhirnya berkembang menjadi sesuatu yang buruk.
Dalam peristiwa itu, Tuhan menyatakan, bahwa saya lebih banyak hidup dengan perasaaan saya diperbandingkan dengan kenyataan hidup saya yang sebenarnya.  Dalam doa saya bertanya kepada Tuhan: apa yang dimaksudkan itu? Roh Kudus menjawab, bahwa itu adalah perasaan yang penuh dengan  prasangka jahat.
Mulai saat itu hingga kini,  saya tidak mau lagi  mendengarkan perasaan-perasaaan saya yang bersifat merusak. Saya  tidak mau lagi mendengarkan perasaaan/pikiran negatif.  Tuhan membimbing  dan meneguhkan saya dengan ayat Alkitab, yaitu  di dalam Amsal 15:15: “Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta.” Dengan pernyataan itu, saya mulai insaf dan tidak bermain-main untuk mendengarkan suara iblis memasuki kehidupan saya.
Biarlah sesuatu yang bersifat buruk juga pergi dari saudara. Hidup saya mulai saya warnai dengan doa. Saya lebih banyak berdoa dari sebelumnya. Hasilnya, lebih banyak pesan Tuhan yang saya dengar. Pesan itu memenuhi hati, pikiran dan setiap pembicaraan yang saya lakukan. Ketika saya menerima pesan itu, saya mulai  percaya akan kebenaran firman Allah, dan berkata kepada pikiran jahat, bahwa “aku menolak engkau dan tidak membuat persetujuan lagi denganmu”.

 

Iman yang bertindak

“Rasa takut” adalah kekuatan setan yang bisa mempengaruhi hidup kita. Sedangkan iman adalah kekuatan dari Allah yang harus memenuhi hati kita. Ketika saya sadar, bahwa rasa takut bisa menghancurkan hidup saya, maka saya berpikir untuk memperbaharuinya. Allah ingin membebaskan saya, tetapi saya harus terlebih dulu mau menerima kebebasan yang diberikanNya. Ibrani 11:6 menyatakan: “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab, barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya, bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”
Segera sesudah saya mengakui adanya rasa takut di dalam diri saya, maka saya memutuskan untuk bangkit dari keadaan demikian. Dengan penuh kesadaran saya mulai menolak rasa takut yang diintimidasikan setan, lalu membangkitkan iman berdasarkan firman Allah. Saya mulai menenangkan pikiran dan mengendalikan perasaan untuk tidak kembali ke perasaan semula. Saya mulai mempercayai Allah, sebab di dalam  Dia ada sesuatu yang baik. Allah melihat dan menghargai  iman saya. Ia menolong saya untuk bangkit dan memiliki pandangan yang bersifat positif tentang masa depan. Akhirnya perasaan saya menjadi lebih tenang.
Saya kembali kepada Tuhan dan berkata: ”Saya tahu, apa yang Engkau katakan kepadaku. Saya berhenti berpikir dan berbicara tentang hal-hal yang bersifat negatif mengenai diri saya sendiri, dan membuang perasaan yang dipenuhi rasa takut yang tak beralasan”
Namun seolah-olah hal tersebut tidaklah mudah. Saya tidak melihat perubahan di dalam hidup saya. Tuhan kembali memberikan tanggapanNya pada saya:  “Kamu harus berhenti berpikir dan berkata tentang hal-hal yang salah tentang dirimu, dan kamu harus mulai berkata-kata tentang sesuatu yang benar.” Tuhan melihat, bahwa saya tidak cukup kuat untuk berhenti berpikir tentang sesuatu yang salah. Saya membutuhkan  “pendorong” guna memulai sesuatu yang benar. Dalam kasus ini, tindakan yang benar ialah harus memulai memperkatakan janji Allah. Sebab, hal itu adalah kunci, agar iman kita mulai tergerak dan memberikan reaksi terhadap rasa takut. Dengan demikian, maka iman sanggup mengalahkan rasa takut.

 

Perangi dengan Firman

Saya percaya, bahwa sama seperti pemercaya, maka anda pun bisa memiliki ‘senjata yang ampuh’ di mulut kita. Alkitab memberi suatu contoh kekuatan dalam mengatakan sesuatunya dengan firman. Ketika Tuhan Yesus dicobai iblis di padang gurun, Alkitab menyatakan, bahwa Yesus mengalahkan iblis dengan mengucapkan kata-kata dari Firman Tuhan, sebagai berikut:  Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti.” Jawab Yesus kepadanya: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja” (Lukas 4:3-4).
Dalam kitab Kejadian, kami menemukan, bahwa Allah dengan firmanNya menciptakan dunia dan segala isinya. Kitab Roma 4:17 menyatakan:  “….. Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firmanNya apa yang tidak ada menjadi ada.”
Saya mulai memenuhi hati dan pikiran  saya dengan kebenaran firman Tuhan. Saat berdoa kepada Tuhan, saya dimantapkan untuk terus mengungkapkan firman itu dengan sepenuh hati. Dua hingga tiga kali sehari, saya mengucapkan firman Tuhan yang saya tujukan kepada diri saya sendiri.
Ketika Tuhan memanggil untuk pelayanan, Dia meletakkan firman itu di dalam hati saya. Dengan  itulah, saya mulai mengajar ke seluruh dunia.
Saya juga mengucapkan firman Tuhan dengan keras di tengah-tengah layanan yang saya lakukan setiap hari. Termasuk lewat surat, telepon dan orang-orang yang bertemu dengan saya.
Saat inipun saya juga mulai mengucapkannya. Pikiran dan mulut mulai saya sesuaikan dengan kehendak Tuhan. Allah pun mulai melakukan sesuatu yang besar di dalam hidup saya. Di saat menerima firman Allah yang lebih banyak, lalu mempercayai dan mengucapkannya,
saya mulai bisa melepaskan manipulasi dan kontrol setan di dalam hidup saya. Saya mulai mengalami perubahan drastik. Hidup saya semakin lebih baik dari sebelumnya.

 

Jangan takut

Saya percaya, bahwa Allah ingin melihat umatNya terbebas dari rasa takut dan dapat hidup penuh dengan pengharapan. Alkitab berkata kepada  kita, “ Mata Tuhan menjelajah ke seluruh bumi,  memberkati semua orang yang mau diberkati olehNya”. (2 Taw 16:9;Mazmur 34:16). Sedangkan

Yesaya 30:18 menyatakan: “Sebab itu, Tuhan menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab Tuhan adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!”

Saya menganjurkan kepada saudara untuk membuka hati bagi Allah, dan memintaNya untuk melihat hidup  saudara. Kalau saudara  memiliki rasa  takut, jangan berkecil hati, meskipun rasa takut itu menyiksa. Kekuatan dari rasa takut hanya akan menjadi masalah,  ketika saudara dan saya menerima rasa takut itu dan membiarkannya mengatur hidup kita. Saudara harus  memerangi dan mengatasi rasa takut itu dengan firman Allah.

Jika suatu waktu rasa takut itu menyiksa saudara, jangan katakan “saya kuatir.” Sebaliknya, saudara mesti berkata “saya percaya,” bahwa Allah memiliki rencana yang baik di dalam hidup saya. Melalui Yesus Kristus, saya merasa lebih dari seorang pemenang (Roma 8:37). Lihat Kitab Ulangan 3:25: “Biarlah aku menyeberang dan melihat negeri yang baik yang di seberang sungai Yordan, tanah pegunungan yang baik itu, dan gunung Libanon.” Demikian pula Yeremia 29:11 memperkuat:  “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

Dengan sikap seperti itu, saudara bisa berdiri tegak, dan  rasa takut itu akan lari. Kita bisa mengunci pintu rasa takut dari iblis, dan membuka pintu bagi berkat Allah  [aw/as]

Comments are closed.