they all love a thick rod.www.xxx-porn.center
Comments are off for this post

Terowongan Rahasia Yerusalem Buka Kisah Hukuman Allah

BETHANY.OR.ID-Di bawah sisa-sisa reruntuhan bekas kerajaan besar bangsa Yahudi sebelum dan awal tahun Masehi yang berpusat di kota Jerusalem, para arkeolog negara Israel yang sedang meneliti keberadaan jalan raya dalam kota  zaman purba itu, tiba-tiba menemukan sebuah terowongan besar yang mengarah ke sungai Kidron, dan mungkin bermuara di Laut Mati.

Penemuan para arkeolog Universitas Haifa bersama Dinas Purbakala Israel pada akhir Agustus dan diumumkan 9 September lalu, membuka kembali lembaran sejarah bangsa Yahudi yang ditimpa dampak hukuman  Allah atas perbuatan leluhurnya, sehingga menyebabkan kehancuran kerajaan Yudea (Yehuda).

Dari satu era ke era selanjutnya, negara, bangsa dan ibu kotanya menjadi sasaran rangkaian penyerangan dan penghancuran dari berbagai negara tetangganya pada zaman itu. Akibatnya, menjadilah bangsa Yahudi porak poranda dan harus menjalani kehidupan yang terpencar menjadi budak berbagai bangsa  di dunia. Kota Jerusalem sebagai ibu kotanya, berulang kali luluh lantak, dan tidak lagi menjadi ibu kota negara manapun hingga kini. Peristiwa demi peristiwa yang menimpa bangsa dan kota itu terekam dalam naskah yang  ditulis sejarawan Romawi, Josephus Flavius , yang menyebutnya sebagai “Peperangan Yahudi” (War of the Jews).

Penemuan terowongan itu sebenarnya secara tidak disengaja, yakni ketika para arkeolog tersebut sedang mencari jejak jalan kuno Jerusalem, di bawah reruntuhan Bait Suci Kedua (the Second Temple) bangsa Yahudi pada tahun 70 sebelum Masehi. Ketika penggaliannya mencapai bagian selatan kota, tiba-tiba menemukan bekas saluran pematusan. Saat terus digali, saluran tersebut menuju sebuah terowongan besar di bawah tanah, searah dengan jalan raya kuno yang ada di atasnya.

“Kami sedang mencari jalan besar itu dan tiba-tiba kami menemukannya (terowongan itu)”, ujar Eli Shukron, pejabat Dinas Purbakala tersebut.

Menurut Ronny Reich, direktur Universitas Haifa, terowongan yang dibangun di zaman keemasan pemerintahan raja Yahudi, Herod, diperkirakan merupakan jalan rahasia untuk melarikan diri orang-orang Yahudi yang kotanya dikepung dan kemudian diserbu oleh tentara Romawi, kira-kira  2000 tahun lalu, atau tepatnya tahun 70-an..
Dinding terowongan yang dibuat dari bebatuan ashlar (lempengan batu segi empat ukuran besar, biasanya untuk dinding bangunan),  berada sedalam lebih kurang 1,5 meter, di mana pada beberapa tempat terdapat ruang-ruang agak luas yang diperkuat konstruksinya dengan bebatuan sejenis batu-cor serta lubang-lubang seperti tempat untuk  orang bersembunyi. Fungsi utamanya diperkirakan oleh para ahli tersebut sebagai pematusan limpahan air hujan, sehingga menghindarkan banjir di kota Jerusalem.

Membuktikannya sebagai ‘terowongan rahasia’ untuk melarikan diri, di dalamnya ditemukan sisa-sisa gerabah, sisa-sisa perahu, beberapa mata uang serta sisa-sisa benda yang terdapat di Bait Suci (Bait Allah) Kedua. Penemuan tersebut mempunyai makna tersendiri, bahwa bangsa itu dulunya hidup dalam kekayaan, sehingga mampu membangun terowongan tersebut. Meskipun tidak terlibat dalam ekspedisi tersebut,  Joe Zias, arkeolog yang pernah bertugas meneliti Bait Suci Kedua mengatakan, bahwa penemuan tersebut menggambarkan  betapa besarnya struktur kota tersebut. Berbeda dengan kota-kota kerajaan-kerajaan kuno yang ada di di kawasan timur tanah Yahudi itu.

Bait Suci Kedua merupakan pusat dari tempat ibadah bangsa Yahudi di saat pemerintahan era kedua Persemakmuran Yahudi, yakni kerajaan berotonomi tetapi di bawah kekuasaan kekaisaran Romawi, yang menguasai kawasan tersebut selama enam abad. Pengembangan kerajaan dan kota tersebut dilakukan oleh Herod, penguasa yang diangkat kaisar Romawi sejak tahun 37 sebelum Masehi.

Saat itu di Jerusalem berdiam puluhan ribu orang Yahudi, dan ribuan darinya lolos lewat terowongan rahasia tersebut. Hanya saja, saat itu baru dapat digali sejauh lebih dari 90 meter. Menurut Reich, akan digali terus sejauh setengah mil, yang membujur dari utara di Bait Shiloah Pool di Jerusalem menuju selatan di Bait Suci, Puncak Bukit (Mount Temple) yang dianggap tempat ibadah suci oleh bangsa Yahudi, hingga mencapai pinggiran kawasan Mesjid Al Aqsha, yang dianggap suci oleh kaum Muslimin.

Mengingkari Perintah Allah

Kerajaan bangsa Kanaan yang membuat benteng kokoh suku bangsa Jubusite pada era 2500 tahun sebelum Masehi, pada 1000 tahun sebelum Masehi bisa direbut oleh raja Daud. Benteng itu dijadikan ibu kota bernama Jerusalem (dari bahasa Ibrani: Yerushalayim; dalam bahasa Arab: Bait-al-Muqaddas). Kehidupan suku bangsa Jubusite kemudian lebur dalam kehidupan bangsa Yahudi. Ketika raja Salomo menggantikan Daud, kota itu dikembangkannya dan membangun Bait Suci guna menempatkan Tabut Perjanjian. Pada saat keturunannya kelak yang bernama Hizkia menjadi raja, prestasinya ialah membuat terowongan saluran air di bawah kota Jerusalem (701 seb. Masehi) yang dimulai dari mata  air Gihon mengarah ke Kolam Siloam. Tidak lama sesudah itu, raja Sanherib dari Assyria menyerbu negaranya dan mengepung Jerusalem. Hizkia berunding dengan para pembesar dan panglima perangnya, lalu menimbun sumber air itu, dengan harapan pasukan Assyria tidak mendapatkan air minum. Tetapi kerajaan Yehuda itu dibuat sengsara oleh raja Sanherib.
Itulah kehancuran pertama kerajaan Yehuda.

Ketika Jerusalem dikepung, dia juga minta perlindungan Tuhan. Pada suatu malam, malaikat Tuhan (Yehuwah) menghancurkan bala tentara raja Assyria sehingga 185.000 tentaranya tewas dan raja Assyria itu menjadi takut, lalu kembali ke negaranya. Khusus kota Jerusalem terselamatkan. Tentunya yang di luar itu sudah dijarah oleh kerajaan Assyria. Atau mungkin yang dimaksud Sanherib dalam dokumen itu, yakni mengepung kota Jerusalem “sebagai sangkar burung” buat Hizkia.

Akan tetapi, pada saat Manasye menggantikan kedudukan bapaknya  (Hizkia), mulailah kehidupan masyarakat Yahudi dan kotanya itu menjadi berantakan.  Dalam kemakmuran kerajaan, terutama kehidupan dalam kota Jerusalem, orang-orang Yahudi mulai mengingkari perintah hukum-hukum Tuhan yang disampaikan melalui Musa selaku “bapak” bangsa Yahudi.  Pesta pora dan mabuk-mabukan merupakan pemandangan sehari-hari.
Salah satu contoh kondisi kehidupan demikian  bisa dilacak dari  kisah kehidupan pemuda bernama Jeremiah yang lahir dan tinggal di desa Anatot, di luar kota itu.

Suatu hari,  Firman itu datang juga dalam zaman Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda, sampai akhir tahun yang kesebelas zaman Zedekia bin Yosia, raja Yehuda, hingga penduduk Yerusalem diangkut ke dalam pembuangan dalam bulan yang kelima. Firman TUHAN datang kepadaku (Yeremia), bunyinya: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” Maka aku menjawab: “Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.” Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: “Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan.  Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.”(Yeremia 1:3-8)

Sejak itu dia menjadi nabi dari Tuhan. Dalam memberikan layanan (626 SM hingga 585 SM) itulah yang menjadi pangkal permasalahan dengan bangsanya sendiri di Jerusalem. Melalui ucapan-ucapan dan tindak-tanduknya, Jeremiah mengecam tingkah-laku orang-orang Yahudi yang berpesta-pora, mabuk-mabukan dan lain-lain dengan alasan memuliakan nama Allah. Akhirnya dia ditangkap oleh orang-orang suruhan para tetua dan pemuka agama serta diajukan ke pengadilan. Orang-orang Yahudi menuntutnya dihukum mati.

“Saya diutus oleh Yehuwah yang mengatakan: ‘Jalanmu luruskan dan tunduklah pada kata-kataKu!” demikian kata-kata pembelaan Yeremiah. Sambungnya: “Sedangkan saya? Saya sudah di tangan tuan-tuan semua. Saya disuruh mematuhi kebenaran dan keadilan yang tuan-tuan buat. Tetapi, kalaulah tuan-tuan akan menghukum mati saya, ketahuilah, bahwa darah yang bersih itulah yang akan tuan-tuan tumpahkan!” Ucapannya itu membuat para hakim ragu-ragu, lalu melepaskannya, tetapi diusir dari Jerusalem. Yeremiah masih mengingatkan, bahwa dia mengumpamakan sebuah bejana yang remuk, maka demikian pula kerajaan itu dan kota Jerusalem nantinya karena mengingkari Tuhan.

Pada akhirnya, ucapan-ucapannya itu ingin didengar sendiri oleh raja Yudah, Yoyakim. Dia dipanggil untuk menghadap, namun Yremiah tidak menghadap sendiri. Hanya suatu catatan panjang berupa gulungan kertas (scroll document) berisikan firman-firman Allah melalui ucapannya dan kemudian ditulis oleh pengikut setianya bernama Baruch, yang disampaikan. Sang raja menjadi marah, namun dibacanya juga isi catatan tersebut, lalu merobek-robek dan membakarnya. Yremiah dan Baruch yang diburu, disembunyikan oleh Tuhan. Firman-firman Allah tersebut ditulis kembali oleh Baruch dan hingga kini bisa dibaca sebagai Kitab Jeremiah. Raja itu tidak belajar dari pengalaman moyangnya, raja Hizkia, di mana kotanya dikepung dan dapat direbut oleh raja Sennakrip dari Assyria (701 tahun sebelum Masehi).

Raja itu,– keturunan dari raja-raja Hizkia, Manasye, Amon, Yosia dan Yoahas,– yang pertama-tama melakukan kejahatan di mata Tuhan. Antara lain melakukan penindasan, kekerasan, pemerasan melalui pajak pada rakyatnya untuk membayar upeti pada kerajaan Mesir, berfoya-foya dan menyingkirkan ajaran Tuhan.

Kehancuran Demi Kehancuran
Raja Yoyakim kemudian digantikan anaknya, Yoyakhin. Seperti bapaknya, dia juga dianggap melakukan hal yang jahat di mata Tuhan. Pada zaat itu, Babylonia (Babel) merupakan kelanjutan kekaisaran Mesopotamia, sebagai kerajaan besar tetangganya pimpinan Nebukadnezzar ( 604-562 seb. Masehi)  menyerang dengan mengepung. Karena merasa tak sanggup melawan, Yoyakhin bersama keluarga dan para pembesar kerajaan, panglima dan pimpinan pasukan serta para pegawainya keluar menemui pasukan Babel. Pada tahun ke delapan pemerintahannya itulah, Yoyakhin dan pengikutnya ditangkap dan ditahan di Babylonia. Pasukan Nebukadnezar menjarah semua isi istana dan Bait Suci, penduduk Jerusalem diangkut untuk dijadikan budak di Babylonia, terutama ke ibu kotanya di pinggir sungai Eufrat, lk. 88 km selatan kota Bagdad masa kini. Di kota yang dibangun Nebukadnezzar yang “gila” arsitektur indah dan seni budayanya, yang antara lain membangun Taman Tergantung (the Hanging Gardens) yang merupakan salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia, yang terbanyak ditempatkannya para tawanan asal Yerusalem. Sedangkan yang ditinggalkan  hanya orang-orang yang lemah.

Itulah kehancuran kedua kerajaan Yehuda.
Ketika Yoyakhin meninggal, Nebukadnezar II mengangkat paman raja Yoyakhin bernama Matanya dan mengganti namanya menjadi Zedekia (Zidkiyah) untuk berkuasa di Jerusalem dengan hak otonomi.
Akan tetapi, Zedekia yang juga dinyatakan melakukan perbuatan jahat di mata Tuhan seperti ayah dan kakeknya, pada tahun kesembilan pemerintahannya, sudah merasa kuat, lalu memberontak terhadap Nebukadnezzar. Pada 586 sebelum Masehi, raja Babel yang marah itu melancarkan pengepungan dengan puluhan ribu bala tentaranya. Selama delapan belas bulan kota benteng Jerusalem dikepung, menjadikan rakyat Yahudi kelaparan. Akhirnya tembok bentengnya bisa ditembus dan dikalahkan. Dalam sejarah maupun Perjanjian Lama, peristiwa itu dicatat sebagai hal yang penting. Pasukan Babel dipimpin panglimanya bernama Nebuzaradan dan dibantu kelompok Kasim,  menghancurkan dengan membakar isi kota, termasuk Bait Suci, istana, rumah-rumah besar, dan membunuh banyak perajurit serta penduduk Yahudi. Tembok dan sekaligus dinding benteng yang mengelilingi kota dirobohkan.  Raja Zedekia ditangkap dan dicungkil matanya. Dia dan keluarganya, para perempuan, anak-anak dan beberapa lelaki dibawa ke Babylonia untuk dijadikan budak.

Itulah kehancuran yang ketiga kerajaan Yudah, kota Jerusalem dan bangsa Yahudi.
Sejak itu, beberapa kali kota Jerusalem yang sudah kehilangan gemerlapnya berganti-ganti penguasa yang berasal bangsa-bangsa asing.

Ketika raja Cyrus Agung dari Persia mengalahkan Babil pada 537 sebelum Masehi, raja itu mengijinkan orang-orang Yahudi kembali ke Jerusalem dan membangun kembali Bait Sucinya. Kekuasaan Persia tersebut berakhir 333 sebelum Masehi, saat raja Iskandar Agung memasukkan wilayah Palestina (termasuk Jerusalem) ke dalam kekuasaannya. Namun, pada 323 seb. Masehi, raja Ptolemy dari Mesir menguasai Palestina. Disusul 198 seb. Masehi, raja Selecuid, Antiochus Epiphanes, menguasai wilayah bekas kerajaan Yudah berikut Jerusalem, dan memasukkannya menjadi wilayah Syria. Terombang-ambing oleh pergantian para penguasanya, akhirnya orang-orang Yahudi pada 166 seb. Masehi, melakukan pemberontakan di bawah pimpinan kelompok Hasmonea atau Macc’abees terhadap kekuasaan Antiochus III dan berhasil mengalahkan kekuatan Syria di bumi Yudea dan Jerusalem. Bait Suci mereka bangun kembali pada 165 seb. Masehi. Keturunan Macc’abees/Hasmonea memerintah sampai dengan munculnya kekuatan kekaisaran Romawi pada 63 seb. Masehi yang merebut kota Jerusalem.
Kekaisaran Romawi membentuk pemerintahan lokal (istilah sekarang negara persemakmuran) dengan mengangkat Herod Agung menjadi raja. Dia membangun secara besar-besaran banyak gedung-gedung baru, jaringan jalan dan pematusan-pematusan air dan lain-lain di kota itu.  Kemudian Romawi menunjuk gubernur untuk Jerusalem, yakni Pontius Pilatus. Dianggap sebagai gubernur yang lemah dan bertanggung jawab dengan menyerahkan Yesus Kristus ke tangan imam-imam Yahudi dan para pengikutnya yang menangkap Dia untuk disalib.

Ketika timbul pemberontakan orang-orang Yahudi dengan sebutan “Bar Kochba” pada tahun 70 sebelum Masehi yang dapat dihancurkan oleh Romawi, maka  kembali lagi orang-orang Yahudi diporak-porandakan untuk ditindas, dibunuhi dan sebagian besar dijadikan budak, serta dilarang berdiam di Jerusalem. Pada saat itulah yang diperkirakan oleh para ahli purbakala Israel pada Agustus 2007, bahwa “terowongan rahasia” Jerusalem tersebut dipergunakan orang-orang Yahudi meloloskan diri dari sergapan tentara Romawi yang mengobrak-abrik kota itu. Pada saat itu, bala tentara Romawi juga menghancurkan Bait Suci Kedua (Second Temple). Penghancuran yang kesekilan kalinya.

 

Jerusalem Kini

Dalam wilayah negara Israel yang berdiri tahun 1948, kota Jerusalem berpenduduk  lebih dari 610 ribu jiwa. Dibangun pada puncak perbukitan Yudea, berjarak 55 km dari Laut Tengah, menjadi tempat yang dianggap suci oleh bangsa Yahudi, Kristen dan Islam. Sejak jaman dulu, kota itu menjadi tempat strategis, karena terletak di satu jalur transit perdagangan. Bagi agama Yudaisme (Ibrani), dijadikan sebagai kota suci karena adanya Bait-bait Suci, meskipun kini tinggal sisa runtuhannya, yakni Tembok Ratapan (Wailing Wall).

Kota yang semula didirikan sekaligus sebagai benteng yang kokoh di puncak bukit Yudea itu terbagi atas Kota Tua (Old City) di bagian timur dan Kota Baru (New City) di bagian barat. Antara keduanya dibatasi tembok yang tinggi, di mana bermukim orang-orang Yahudi, Muslim, Kristen dan Armenia. Banyak peninggalan purbakala berupa situs keagamaan berada di bagian Kota Tua, termasuk sisa tembok kuno Bait Suci Kedua, yang kini disebut “Tembok Ratapan” (Wailing Wall) yang dijadikan tempat beribadah agama Yahudi. Tempat tersebut dijaga ketat, karena dianggap tempat paling suci setelah mereka disingkirkan dari Bait Suci Puncak Bukit (Temple Mount).

Kalau terowongan air yang ditemukan pada Agustus 2007 itu untuk pelarian bangsa Yahudi ketika kotanya dihancurkan bala tentara Romawi, maka terdapat terowongan air lainnya yang membujur dari arah mata air Gihon hingga kolam Siloam di lembah Kidron sudah ditemukan pada abad 19 oleh para ahli purbakala asing. Meskipun terowongan tersebut tidak dicatat sebagai “jalan pelarian” orang-orang Yahudi saat kotanya diserang bangsa lain. Yang ditemukan hanya mencapai sepertiga dari perkiraan panjangnya yang satu setengah kilometer, lebar kurang dari sepuluh meter, dan di beberapa tempat tingginya kurang dari lima belas meter. Pengunjung (dengan ijin khusus) bisa memasukinya, tetapi pada musim penghujan, air di dalam terowongan bisa setinggi pinggang hingga dada! Sedangkan dokumen sejarah pembuatannya yang ditemukan pada 1880, hingga kini dapat disaksikan di Museum Istanbul (Turki)  ( Lit. a.l.: http.yahoo.com/s/ap/20070909; Encyclopedia of Knowledge: Grolier; WGD v.d. Hulst, S. Dwidjosewojo, R. Sugiarto T.: Babad saka Kitab Sutji, Taman PustakaKristen, Jakarta 1961; The Encyclopedia Americana: Americana Corporation 1978/as/aw/sgbi).

Comments are closed.