“Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.” (2 Korintus 1:8-9)
Pada suatu waktu, rasa kecewa bisa dialami oleh kita semua. Namun demikian jangan sampai kita putus harap, sebab jika harapan kita pupus berulang kali, kita bisa dengan mudahnya tenggelam ke dalam keputusasaan. Itulah yang sedang disampaikan Rasul Paulus dalam perikop hari ini. Di bawah serangan penderitaan, ia menjadi sangat terbebani melampaui kekuatannya untuk bertahan, akibatnya ia akhirnya “putus asa bahkan untuk hidup” (2 Kor. 1:8).
Pernahkah Anda merasa seperti itu? Jika demikian, ketika Anda berkecil hati karena kesulitan hidup, jalan keluarnya adalah tetap fokus pada Tuhan. Dia memiliki tujuan yang lebih tinggi daripada yang dapat Anda lihat dari sudut pandang Anda di lembah keputusasaan.
Paulus menyebut Dia “Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan” (2 Kor. 1:3). Dan sering kali Dia menggunakan umat-Nya untuk menghibur dan berdoa bagi kita di saat kita membutuhkan.
Tetapi jika kita hanya memikirkan kekecewaan kita, kita akan menanggapinya dengan cara yang berdosa. Kita bisa menyalahkan orang lain atau bahkan menuding Tuhan karena membiarkan pencobaan kita.
Jika kita berfokus pada apa yang kita inginkan dan tidak miliki, kita akan melihat Tuhan tidak adil. Kemarahan segera menyusul saat kita menyerang orang lain dan Tuhan sendiri. Penghiburan Tuhan tersedia ketika kita tunduk pada kekecewaan kita dan menaruh harapan kita sepenuhnya pada-Nya alih-alih harapan kita yang tidak terpenuhi. Penghiburan Tuhan tersedia bagi mereka yang percaya kepada-Nya dengan harapan mereka yang tidak terpenuhi. (rhb)