BETHANY.OR.ID-Alkitab mencatat, bahwa Raja Uzia dekat dengan Tuhan, dan di diberi kelimpahan. Demikian dengan bangsa kami (Amerika) berkelimpahan. Dalam mata uang (dollar US) tertulis: “In God We Trust.” Itulah yang tertulis dalam buku Pastor Tommy Tenney ‘Trust and Tragedy’.
Selanjutnya dipaparkan, “Tetapi makin berkelimpahan saya merasakan bangsa kami semakin jauh dari kebenaran Tuhan.
Di dalam hati, saya merasa bangsa ini mengalami perubahan besar, saya ingin sekali dengan penghapus yang besar menggosok perubahan dratis yang berbahaya, sebab bukan lagi “In God we trust” yang kelihatan tetapi “In Money We trust.”
Saya yakin, saya tidak sendirian, begitu banyak orang Kristen juga merasakan hal yang sama, bahwa Amerika mulai menyimpang dari tujuannya. Hati saya terasa tergoncang, sebab Allah sudah memberkati bangsa kami dan membuatnya berkelimpahan.
Namun krisis datang lebih cepat dari pada jalan keluarnya. Saya pasti menemukan jalan buntu ketika saya berpikir, bahwa saya kuat tatkala berpisah dengan anugerah dan pertolongan Allah. Namun seseungguhnya saya lemah dan sangat mudah diserang.
Itulah yang terjadi dengan negara kami ketika diserang oleh teroris pada 11 September. Apakah maknanya buat kita? Waspada, berhati-hatiah dengan sesuatu yang menyesatkan. Kita mesti sadar, bahwa musuh kita itu kekuatannya diatas kita. Dan saya sungguh-sungguh tidak menginginkan situasi semacam itu.
Didalam dollar kami tertulis “In God We Trust” hal itu menunjukkan suatu prinsip rohani. Kita melihat hal itu juga ada pada hidup Raja Uzia. Kita akan menjadi hebat dengan pertolongan Tuhan sampai kita berpikir kekuatan itu tidak bisa dipisahkan dari Allah.
Problem yang ada disekeliling kita mesti dihadapi dengan kebenaran. Itu menunjukkan bahwa kita mengasihi Allah.
Hal itu benar, Allah ingin mengajarkan kepada kita mengasihi Allah, dan juga mengasihi diri sendiri. Tetapi hal mengasihi diri sendiri, sekuler konsepnya lain, yaitu kasih egois (memuliakan diri).
Inilah kebenaran itu, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, jiwamu dan akal budimu, dan yang kedua kasihilah sesamamu mansuia seperti dirimu sendiri, tidak ada hukum yang menentang hal itu”.
Masyarakat disekitar saya menyatakan , ikuti kata hatimu.
Hal itu nampak pada motto yang tertulis di kaos, terpampang dipapan reklame, disiarkan di TV dan dimuat dimajalah dan juga poster-poster Nasihat saya jangan ikuti kata hatimu Nasihat saya jangan ikuti kata hatimu, melainkan ikuti hati-Nya
Hal itu adalah penangkal penyakit kita. Di sekitar kita banyak hati duniawi yang memimpin kita kepada kebutaan dan keputusasaan.
Namun Jika kita mengikuti hati Allah didalam Firman-Nya, kita akan memiliki hati yang teguh, walau dalam keadaan krisis.
Kita tentunya ingat Firman Allah yang berkata, “Firmanmu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”.
Apa yang mati dalam hidupmu? Apa yang mati dalam hidup bangsamu? Apakah ada sesuatu yang salah? Apakah ada kesombongan? Apakah kita sudah merasa aman padahal sesunggunya, tidak begitu?
Dalam uraian demi uraian pastor yang juga menulis buku populer ‘The God Chasers’ ingin mengingatkan, kalaulah berkelimpahan harus tetap ingat dengan pemberi berkat yaitu Tuhan. Mengasihi Tuhan lebih dari berkat-Nya sepertinya hikmat yang paling penting disaat seseorang menghadapi krisis dalam keuangan atau kesehatan. [sumber:tab.bethany.178/sgbi]